Bergetar Tanpa Gempa Aseismic Tremor

Tentunya sudah banyak yang tahu bahwa ketika sebuah patahan bergeser dan bergerak secara mendadak maka akan menimbulkan getaran atau goyangan yang disebut gempa. Namun ada kalanya gerakan dari bagian-bagian bumi yang terpatahkan itu tidak bergerak secara mendadak dengan sangat cepat. Namun gerakannya sedikit demi sedikit. Gerakan yang sedikit demi sedikit ini walaupun tidak menyebabkan gempa namun menyebabkan bumi tergetar disebut tremor.

:( “Ya enakan gini dong Pakdhe. Gerakannya dikit-dikit jadi ngga merusak”
:D “Nah ini Thole. Gerakan yang seperti ini perlu dipelajari. Dimana saja terjadinya, bagaimana membedakan dengan getaran lain, dan juga apa saja yang dapat dimanfaatkan dengan pengetahuan ini?”

Elastic ReboundDisebelah kiri ini adalah yg dimaksud dengan teori elastic rebound atau “teori pelentingan”, kalau aku bilang teori ketapel atau “plintheng”. Teori yang dijelaskan disebelah ini untuk gempa-gempa akibat patahan geser. Untuk patahan “megathust” pada penunjaman terlihat disebelah kanan. Keduanya secara mekanik sama saja. yang berbeda hanyalah arah dari gaya-gaya yg menekannya.
Goyangan-goyangan akibat terlepasnya energi yang terkumpul perlahan-lahan ketika akan melenting ini bisa dilihat disebelah atas ini.

Membedakan Tremor dengan Gempa.

Gempa dan tremor dapat dibedakan dengan mudah bila dilihat pada rekaman seismograf. Getaran tremor berupa getaran yang terus menerus, tidak dijumpai dimana awal dari getarannya secara jelas. Getaran gempa berupa getaran yang besar dan mendadak sangat mengejutkan tentusaja.
Dibawah ini perbandingan dua jenis rekaman tremor dan rekaman gempa. Perhatikan goyangan tremor yang terus-menerus terekam. Tremor sering dijumpai ketika terjadi aktifitas magmatik (vulkanik).
Perbedaan rekaman getaran tremor dengan getaran gempa (earthquake)
Tremor akibat tektonik yang sering disebut juga aseismic (tidak menyebabkan gelombang seismic /gempa) sering diikuti oleh pergeseran patahan secara lambat, slow slip. Dibawah ini sebuah rekaman slow slip (Aseismic) yg direkam pada sebuah patahan yang dimonitor sejak tahun 1990-2008.
:( “Pakdhe, apakah penelitian dan pengamatan tremor di Indonesia sudah dimulai ?”
Dalam sebuah pengamatan tremor oleh Earthscope di Cascadia (USA), terlihat bahwa aktifitas tremor terjadi sangat sering yang diikuti dengan pergeseran (slip).
Pemangamatan pergerakan yang disertai Tremor di Cascadia, Calif, USA
Penelitian dan pengamatan tremor ini juga telah memperkirakan adanya zona-zona yang memiliki karakteristik kegempaan yang berbeda-beda dalam satu zona penunjaman. Pada bagian paling dangkal disitu terjadi luncuran stabil (Satble Sliding), kemudian semakin kedalam terdapat tempat yang sering terkunci – Stick Slip (Locked), disinilah gempa-gempa besar sering terjadi. Masuk kedalam lagi akan memasuki zona transisi dan akhirnya masuk lagi ke zona luncuran stabil (stable sliding)
Luncuran stabil, luncuran terkunci, dan luncuran transisi dalam sebuah penunjaman kerak lempeng.
Dalam zona tumbukan (subduction zone), tidak seluruhnya akan menyebabkan gempa. Dengan demikian beberapa zona yang meluncur stabil meluncur dengan sangat sedikit atau bahkan tidak menyebabkan getaran yang berarti. Pada tempat gesekan ini seringkali juga terjadi penguncian atau macet tidak begerak maju, karena itu suatu ketika zona gesekan ini melepaskan getaran yang menyeybabkan getaran gempa yang sangat kuat.
:( “Looh Pakdhe, dulu dalam satu zona penunjaman atau Benioff zone itu kan disitu tempatnya gempa ?”

Ilmu terus berkembang

Coba perhatikan. Penelitian-dan gambar-gambar ini diambil dari penelitian-penelitian yang baru saja dilakukan, tahun 2004. Artinya ini menunjukkan bahwa ilmu kegempaan juga terus berkembang. Tentusaja kawan-kawan ahli gempa di Indonesia juga telah mengikuti perkembangan ilmu gempa ini.
Implikasi dari terjadinya tremor dan luncuran (slip)

Perhatikan perbandingan jumlah tremor yang terjadi.

:( “Pakdhe, apakah penelitian dan pengamatan tremor di Indonesia sudah dimulai ?”
Zona seismigenic dalam sebuah penunjaman
Tremor akan lebih sering terjadi ketimbang gempanya sendiri. Gerakan patahan ini terjadi secara kontinyu menerus, sedikit demi sedikit dan berulang-ulang. Tentunya harus dimengerti bukan berarti daerah ini tidak membahayakan, namun penelitian memberikan hasil menarik seperti dibawah ini.
:( “Wah Pakdhe. dengan adanya tremor-tremor ini justru menunjukkan adanya gejala perulangan yang dapat diamati ya ?”
:D “Itulah Thole. Setiap gejala kalau diamati dengan seksama dan serius akan menghasilkan ilmu yang bermanfaat”
Selain diperoleh pengetahuan baru adanya model seismogenic zone, juga diketahui adanya antikorelasi antara tremor, perambatan luncuran (slow slip) dan seismisitas.
Hubungan anti korelasi antara ambang Tremor, Slow Slip dan seismisitas
Saat ini tremor masih diteliti dengan seksama. Hubungan korelasi antara tremor dengan gempa tentulah sangat menarik untuk diteliti. Apalagi keduanya berada pada daerah yang secara geologi memiliki kesamaan, bahkan secara genetis (terbentuknya) dapat diketahui hubungannya.
Jenis batuan memiliki sifat Rheology yang berbeda, dan memiliki sifat seismisitas yang juga berbeda. Karena friksi antar batuan yang berbeda memiliki karakteristik sendiri-sendiri
Dengan diketahuinya hubungan spasial (keruangan) antara lokasi tremor dengan lokasi yang sering terkunci (stick slip) yang merupakan zona gempa besar, maka dengan meneliti karakteristik tremor dimungkinkan untuk memperkirakan dimana lokasi gempa besar. Seperti yang terlihat dibawah ini
Lokasi Slow Slip dan Tremor dapat dipakai untuk memperkirakan dimana zona-zona yang memungkinkan terjadi gempa besar.
:( “Pakdhe, apakah penelitian dan pengamatan tremor di Indonesia sudah dimulai ? Wah Pakdhe ga mau menjawab ya ? “
Aseismic creep (Rayapan tanpa seismik)
Gambar diatas menunjukkan bawa di Sesar (Patahan) San Andreas juga terdapat zona dimana diperkirakan terjadi Aseismic Zone, atau zona tanpa seismic. Dengan demikian zona Aseismik ini perlu diketahui untuk sesar-sesar yang sudah diketahui (dipastikan) aktif. Di Indonesia tentunya perlu juga diteliti disepanjang Sesar Semangko, Sesar Palu-Koro, dan juga Sesar Sorong serta lainnya.
Kajian lain sepanjang zona sumduksi
Selain diteliti secara fisis. Proses-proses kimiawi, Hidrothermal dan proses metamorfisme juga diteliti oleh Hydmam tahun 2008 diatas. Jadi penelitian ini sangat baru. Indonesia sebagai tempat yang paling rawan terhadap bencana gempa perlu juga dilakukan penelitian seperti ini.

Peramalan gempa

Ayo Riset !!

Tentunya hipotesa ini yang paling menarik yaitu kemungkinan terbukanya peramalan gempa besar dengan mengamati tremor-tremor yang terjadi disuatu daerah. Memang belum dapat dikatakan pasti akan dapat diramalkan namun disinilah mulai terbukanya peluang riset untuk melakukan peramalan gempa.
:( “Pakdhe, ini mirip hujan rintik-rintik gitu ya ? Terus kalau hujan rintik-rintik kadang diikuti hujan deres. Tetapi kadang juga tidak jadi hujan”
:D “Thole yang penting dilakukan penelitian dengan lebih seksama. Tentunya akan terbuka peluang penemuan ilmu baru.
Nah, jangan terlalu risau namun juga jangan lengah. Tremor merupakan sebuah fenomena yang saat ini masih terus diteliti. Doakan saja para peneliti ini menemukan hal baru untuk mengurangi risiko gempa. Dan yang lebih penting lagi, melakukan penelitian bahkan pengamatan terus-menerus pada daerah-daerah yang sering merasakan getaran tremor ini di Indonesia.
Pustaka
  • Deep Tremor in Subduction Zones: The transition from stick-slip to stable sliding, Justin R. Brown, Gregory C. Beroza
  • Detecting Large-scale Intracontinental Slow‑slip Events (SSE s) Using Geodograms, Brian Wernicke and James L. Da